SADHANA – Menyenangkan, mengawali tahun 2022 dengan beberapa aktivitas di Yogyakarta dan Bali terkait topik yang mengambil pokok pikiran sama: “bagaimana menjadikan manusia sebagai aset utama organisasi”. Hal ini sangat relevan dengan isu strategis saat ini, seputaran: disrupsi, digitalisasi, dan generasi milenial. Semakin banyak pimpinan dan eksekutif organisasi, baik yang berorientasi profit maupun nonprofit, menyadari bahwa jawaban atas tantangan di masa depan adalah kualitas manusianya, yang mampu mewujudkan organisasi yang lincah, gesit, dan senantiasa relevan dengan segala situasi, dan dengan demikian selalu unggul dalam persaingan. Paling tidak terdapat empat kompetensi pembeda yang diperlukan: agile thinking, digital skills, managerial skills, dan global operating skills.
Lantas, dari mana kita bisa mulai untuk mewujudkan manusia sebagai aset? Berawal dari kejelasan visi organisasi, terbentuknya mindset “talent” pada seluruh leader, terbentuknya sistem manajemen human capital dan talent yang andal, dan adanya program pengembangan talenta yang terencana dan berkesinambungan. Dan keseluruhan ini harus dilandasi oleh sebuah komitmen kuat seluruh stakeholder.
Dalam nuansa optimisme pandemi akan segera berlalu, yang kita pahami bahwa dunia akan memasuki era dengan “tatanan baru”, maka hal yang tidak boleh dilupakan dan harus dilakukan adalah konsisten melakukan upaya membangun manusia agar menjadi aset utama organisasi. Jangan sampai ketika peluang baru akan terhampar begitu luas kita tidak siap, gagap, dan menjadi penonton saja….
Leave a Reply